SENYAWA KOVALEN POLAR DAN NON-POLAR
1. Kepolaran Ikatan Kovalen
Apabila dua atom
H berikatan secara kovalen, masing-masing atom H akan menggunakan pasangan
elektron ikatan secara seimbang dalam ikatannya. Hal ini dikarenakan pasangan
elektron tersebut tertarik sama kuat oleh kedua inti atom. Akan tetapi, apabila
atom H berikatan secara kovalen dengan Cl, maka pasangan elektron ikatan dalam
ikatan kovalennya akan digunakan secara tidak seimbang.
Pada ikatan
kovalen H-H, gaya tarik menarik inti seimbang terhadap pasangan elektron ikatan
sehingga tidak terjadi pengutuban atau kepolaran muatan. Ikatan kovalen
demikian disebut ikatan kovalen non-polar. Sebaliknya, pada
ikatan H-Cl, terdapat gaya tarik menarik inti yang tidak seimbang atau terjadi
pengutuban atau kepolaran muatan. Hal ini dikarenakan keelektronegatifan atom
Cl lebih besar dibandingkan atom H. akibatnya, pasangan elektron dalam ikatan
kovalen tersebut akan bergerak menuju ke atom Cl. Ujung atom Cl akan memiliki
kelebihan muatan negative parsial sebesar –q;
sedangkan ujung atom H akan kekurangan muatan negatif atau kelebihan muatan
positif parsial sebesar +q. adanya +q dan –q pada
ujung-ujung ikatan menyebabkan terjadinya pengutuban atau kepolaran. Ikatan
kovalen di mana atom-atomnya memiliki muatan parsial positif dan negative ini
disebut ikatan kovalen polar (atau ikatan dipol/dwi kutub).
Tingkat
kepolaran ikatan kovalen dinyatakan secara kuantitatif oleh momen dipol (µ). Momen dipol (µ) adalah
hasil kali jumlah muatan pada salah satu ujung (q) dengan jarak antara kedua
muatan (r) tersebut.
µ = q x r
satuan µ adalah debye, menurut nama ahli kimia fisika Peter Debye (1884-1966).
1 Debye = 3,336 x 10-30 Coulomb-meter
Perhatikan, ikatan kovalen non-polar seperti pada H2
dan Cl2 memiliki nilai µ sama dengan 0. Sedangkan ikatan kovalen
polar seperti pada HCl dan HF memiliki nilai µ ≠ 0.
Gambar 1. Momen dipol adalah vektor yang dinyatakan oleh anak
panah dengan ekor (+). Anak panah mengarah ke muatan negatif
Kepolaran dari kedua ikatan H-H dan H-Cl di atas dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2. Kepolaran ikatan kovalen H-H dan H-Cl
Secara umum, kepolaran ikatan kovalen dapat dirangkum sebagai
berikut
§ Ikatan kovalen bersifat non-polar apabila pasangan elektron ikatan
digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom yang berikatan sehingga tidak
terjadi pengutuban atau kepolaran muatan. Nilai momen dipol µ = 0
§ Ikatan kovalen bersifat polar apabila pasangan elektron ikatan
digunakan tidak seimbang oleh kedua inti atom yang berikatan sehingga terjadi
pengutuban atau kepolaran muatan. Ikatan ini memiliki momen dipol µ ≠ 0.
2. Kepolaran Molekul
Molekul poliatom
dengan lebih dari satu ikatan kovalen dapat bersifat non-polar atau polar. Hal
ini tergantung dari bentuk molekulnya, yang menentukan resultan momen dipol
ikatan-ikatan kovalennya, atau net dipol µ.
- Apabila net dipol µ = 0, maka molekul bersifat non-polar. Sebagai
contoh, molekul P4 dan CCl4. Molekul P4
bersifat non-polar karena keempat ikatan kovalennya P-P bersifat non-polar
sehingga net dipol µ = 0. Molekul CCl4 juga bersifat non-polar meski
memiliki 4 ikatan kovalen polar C-Cl namun karena bentuk molekul tetragonal
simetris, maka net dipol nya µ = 0.
Gambar 3. Net dipol molekul P4
dan CCl4
- Apabila net dipol µ ≠ 0, maka molekul bersifat polar. Sebagai
contoh, molekul H2O dan CHCl3. Molekul H2O
bersifat polar karena bentuk molekulnya bengkok sehingga kedua ikatan
kovalennya O-H tidak saling meniadakan atau net dipol µ ≠ 0. Molekul CHCl3
juga bersifat polar karena memiliki dua jenis ikatan kovalen polar berbeda,
yakni 3 ikatan C-C dan 1 ikatan C-H yang menghasilkan net dipol µ ≠ 0.
Gambar 4. Net
dipol molekul H2O dan CHCl3
Memperkirakan
Net dipol
Dipol adalah
besaran vektor (bukan skalar) sehingga operasi aljabar vektor berikut berlaku
untuk mengetahui net dipolnya.
Tabel 1. Net
dipol µ beberapa molekul dalam fase gas
Molekul
|
µ (D)
|
|
Molekul non-polar
|
H2
|
0
|
Cl2
|
0
|
|
CO2
|
0
|
|
CH4
|
0
|
|
CCl4
|
0
|
|
Molekul polar
|
HCl
|
1,08
|
HF
|
1,91
|
|
NH3
|
1,47
|
|
H2O
|
1,85
|
|
CH3Cl
|
1,87
|
Secara umum,
kepolaran molekul dapat dirangkum sebagai berikut.
§ Suatu molekul diatom
a) Bersifat non-polar apabila memiliki ikatan kovalen non-polar. (µ =
0). Contohnya H2, Cl2, dan O2.
b) Bersifat polar apabila memiliki ikatan kovalen polar (µ ≠ 0).
Contohnya HCl, HF.
§ Suatu molekul poliatom
a) Bersifat non-polar bila bentuk molekulnya menghasilkan net dipol µ
= 0. Contohnya CCl4, CO2, dab BCl3.
b) Bersifat polar bila bentuk molekulnya menghasilkan net dipol µ ≠
0. Contohnya H2O dan NH3.
IKATAN LOGAM
Ikatan kimia
antar atom-atom penyusun logam bukanlah ikatan ion ataupun ikatan kovalen.
Ikatan ion tidak mungkin karena semua atom logam cenderung ingin melepas
elektron dan membentuk ion positif. Demikian pula ikatan kovalen, atom logam
mempunyai jumlah elektron valensi yang terlalu sedikit sehingga sulit membentuk
ikatan kovalen. Terdapat suatu jenis ikatan yang dapat mengikat atom-atom
logam, yakni ikatan logam.
Banyak teori
yang telah dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam. Salah satu teori yang
sederhana adalah teori larutan elektron. Dalam teori ini, atom logam harus
berikatan dengan banyak atom logam lainnya untuk mencapai konfigurasi elektron
gas mulia. Sebagai contoh, atom Na yang memiliki 1 elektron valensi harus
berikatan dengan minimum 7 atom Na lainnya untuk memiliki 8 elektron.
Tempat kedudukan
elektron valensi dari suatu atom Na dapat saling tumpang tindih dengan tempat
kedudukan elektron valensi dari atom-atom Na lainnya. Adanya tumpang tindih
memungkinkan elektron valensi dari setiap atom Na bergerak bebas dalam ruang
diantara ion-ion Na+ membentuk larutan elektron. Oleh karena
muatannya berlawanan, maka terjadi gaya tarik menarik (gaya elektrostatis)
antara ion-io Na+ dan elektron-elektron bebas ini. Akibatnya,
terbentuk ikatan kimia yang disebut ikatan logam.
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan
bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam.
Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik
antara ion-ion positif dan elektron-elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan
positif ion logam berarti semakin banyak jumlah elektron bebasnya, maka semakin
besar kekuatan ikatan logam. Hal ini menjelaskan mengapa logam Na lebih lunak
dibandingkan logam Al.
SIFAT FISIS
SENYAWA ION, SENYAWA KOVALEN, DAN SENYAWA LOGAM
Sifat fisis suatu zat ditentukan oleh gaya antar partikel penyusun
zat. Pada senyawa ion dan logam, gaya antar partikel tersebut adalah ikatan ion
dan ikatan logam itu sendiri. Sedangkan pada senyawa kovalen, gaya antar
partikel tersebut adalah gaya antar molekul.
Tabel 2. Perbedaan pada senyawa ion, kovalen, dan logam.
karakteristik
|
Senyawa ion
|
Senyawa kovalen
|
logam
|
Jenis
ikatan kimia
|
Ikatan
ion
|
Ikatan
kovalen
|
Ikatan
logam
|
Partikel
penyusun
|
Ion-ion
positif dan negatif
|
Molekul-molekul
|
Ion-ion
positif yang dikelilingi oleh lautan elektron
|
Gaya
antar partikel
|
Ikatan
ion berupa gaya elektrostatis yang kuat antar ion-ion positif dan negatif
|
Gaya
elektrostatis antar molekul (gaya van der waals) yang relatif lemah
|
Ikatan
logam berupa gaya elektrostatis yang kuat antara ion-ion logam positif dan
elektron bebas
|
Gambar 8. Gaya
antar partikel senyawa ion, senyawa kovalen, dan logam
1. Sifat fisis senyawa ion
Sifat fisis
senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama ke segala
arah. Dalam senyawa ion, suatu ion positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion
negatif, demikian pula sebaliknya. Dalam fase padat, ikatan antar ion-ion
positif dan negatif ini membentuk suatu pola / struktur teratur yang disebut struktur
kristal. Susunan partikel-partikel dalam kristal disebut kisi
kristal. Kisi kristal mempunyai pola tertentu yang merupakan
pengulangan dari bagian-bagian yang disebut unit sel. Untuk jelasnya,
simak struktur kristal NaCl berikut.
Penjelasan di
atas akan memudahkan kita untuk memahami beberapa sifat fisis dari senyawa ion
berikut:
§ Berupa padatan pada suhu ruang
Hal ini
dikarenakan adanya gaya elektrostatis yang kuat antar ion-ion positif dan
negatif yang menyebabkan posisi ion-ion dalam kisi kristal bersifat tetap.
Ion-ion tersebut tidak memiliki karakteristik zat cair, yakni kebebasan
bergerak.
§ Bersifat keras tetapi rapuh
Struktur kristal
senyawa ion dapat digambarkan sebagai lapisan-lapisan yang mengandung ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion positif dan negatif ini terikat oleh gaya
elektrostatis yang kuat ke segala arah. Hal ini memberikan sifat keras pada
kristal tersebut. Akan tetapi, jik diberi gaya dari luar, maka lapisan-lapisan dalam
kristal dapat bergeser. Ion-ion sejenis dapat berada satu diatas lainnya
sehingga timbul tolak-menolak yang kuat sehingga mengakibatkan pemisahan.
Kristal akan hancur berkeping-keping atau dikatakan rapuh
Gambar 9.
Sifat kristal NaCl. (a) kristal NaCl akan pecah jika dipukul dengan palu (b)
pergeseran lapisan karena adanya gaya dari luar dapat menyebabkan ion-ion
sejenis berada satu diatas lainnya. Akibatnya timbul tolak menolak yang kuat
sehingga terjadi pemisahan
§ Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
Ion-ion positif
dan negatif dalam kristal senyawa ion terikat oleh gaya elektrostatis yang kuat
sehingga tidak bebas bergerak. Hanya pada suhu tinggi ion-ion ini dapat
memperoleh energi kinetik yang cukup untuk mengtasi gaya elektrostatis
tersebut. Sebagai ganbaran, senyawa NaCl mempunyai titik leleh 801oC
dan titik didih 1.465oC.
§ Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut
organik
Secara umum,
larutan akan terbentuk apabila zat terlaut dan pelarutnya mempunyai kepolaran
yang sama. Senyawa ion dapat larut dalam air karena keduanya bersifat polar.
Kepolaran air dapat mengatasi gaya elektrostatis dalam senyawa ion sehingga
terjadi pemisahan ion-ion atau pelarutan. Sedangkan senyawa ion umumnya tidak
larut dalam pelarut organik seperti etanol (alkohol) yang bersifat non-polar
§ Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar
listrik dalam fase cair atau jika larut dalam air
Suatu zat dapat
menghantar listrik jika terdapat ion-ion atau elektron-elektron yang dapat
bergerak bebas membawa muatan listrik. Padatan senyawa ion tersusun dari
ion-ion positif dan negatif yang tidak dapat bergerak bebas. Akan tetapi, dalam
fase cair (lelehan) atau jika larut dalam air, io-ion tersebut dapat bergerak
bebas.
2. Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Struktur molekul
dapat dibedakan menjadi struktur kovalen
sederhana dan struktur kovalen
raksasa. Kebanyakan senyawa kovalen tersusun dari molekul-molekul dengan
struktur kovalen sederhana. Molekul-molekul tersebut terikat oleh gaya
elektrostatis yang relatif lemah, disebut gaya
antar molekul (gaya van der Waals). Gaya ini yang akan menentukan sifat
fisis senyawa kovalen. Untuk struktur kovalen lainnya, yaitu struktur kovalen
raksasa, sifat fisisnya ada yang ditentukan oleh ikatan kovalennya saja; atau
oleh ikatan kovalen dan gaya elektrostatis dalam molekulnya.
Beberapa sifat
fisis yang penting adalah:
§ Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
Hal ini
dikarenakan molekul-molekul dalam senyawa kovalen terikat oleh gaya
antar-molekul yag lemah. Jadi, molekul-molekul tersebut dapat bergerak relatif
lebih bebas.
§ Bersifat lunak dan tidak rapuh
Gaya
antar-molekul yang lemah pada senyawa kovalen dalam fase padat menyebabkan
molekul-molekul dalam struktur kristal mudah bergeser. Hal ini menyebabkan
senyawa kovalen bersifat lunak dan tidak rapuh. Contohnya lilin parafin.
§ Mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah
Hal ini
dikarenakan gaya antar molekul senyawa kovalen relatif lemah. Pada suhu yang
rendah, molekul-molekul dapat memperoleh energi kinetik yang ukup untuk
megatasi gaya antar molekul tersebut.
§ Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
Kebanyakan
senyawa kovalen tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.
Pengeculiannya adalah senyawa kovalen yang bersifat polar.
§ Umumnya tidak dapat menghantar listrik
Hal ini
dikarenakan senyawa kovalen tidak memiliki ion atau elektron yang dapat
bergerak bebas membawa muatan listrik. Akan tetapi, beberapa senyawa kovalen
polar yang larut dalam air dapat terhidrolisis (bereaksi dengan air) membentuk
ion-ion sehingga dapat menghantar listrik.
Sifat
Fisis Unsur dan Senyawa Kovalen dengan Struktur Kovalen Raksasa
Sifat fisis
unsur dan senyawa kovalen ada yang ditentukan oleh ikatan kovalennya saja; atau
oleh ikatan kovalen dan gaya elektrostatis dalam molekulnya.
a. Unsur dengan struktur kovalen raksasa
Unsur-unsur
seperti karbon (C), silikon (Si), dan germanium (Ge) mempunyai struktur kovalen
raksasa. Unsur C sendiri mempunyai lebih dari satu struktur antara lain intan
dan grafit. Struktur kovalen raksasa dari unsur Si dan Ge mirip dengan unsur C
dalam intan.
- Unsur karbon dalam intan
Intan merupakan
kristal mengkilap yang banyak digunakan untuk perhiasan. Atom-atom C dalam
intan bergabung membentuk struktur kovalen raksasa yang stabil dan simetris.
Struktur ini dapat menjelaskan mengapa intan bersifat keras, tidak dapat
menghantar listrik, dan memiliki titik leleh dan titik didih yang tiggi.
- Unsur karbon dalam grafit
Grafit merupakan
padatan hitam yang tidak mengkilap. Struktur grafit terdiri dari
lapisan-lapisan dimana masing-masing atom C dalam lapisan dikelilingi oleh 3
atom C lainnya. Lapisan-lapisan tersebut kemudian terikat oleh suatu gaya
elektrostatis yang lebih lemah. Dari mana
gaya tersebut berasal? Seperti diketahui, atom C memiliki 4 elektron
valensi. Tiga elektron digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dengan 3 atom C
lainnya. Satu elektron yang tersisa dapat bergerak bebas diantara
lapisan-lapisan sehingga timbul gaya elektrostatis antara lapisan-lapisan
tersebut. Struktur grafit ini dapat menjelaskan mengapa grafit bersifat
lunak/licin/rapuh, dapat menghantar listrik, dan mempunyai titik sublimasi yang
tinggi (3.000oC).
b. Senyawa dengan struktur kovalen raksasa
Dua contoh
senyawa kovalen dengan struktur kovalen raksasa adalah SiO2 dan SiC.
- Silikon dioksida (SiO2)
Di dalam kristal
SiO2, setiap atom Si terikat secara kovalen dengan 4 atom O, dan
setiap atom O tersebut terikat ke atom Si lainnya. Struktur tersebut
menjelaskan mengapa SiO2 bersifat keras, tidak dapat menghantar
listrik, dan memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi (1.610oC
dan 2.230oC)
- Silikon karbida (SiO)
Struktur SiC
mirip dengan struktur kovalen raksasa dari intan. Hal ini menjelaskan mengapa
SiC antara lain sangan keras dan mempunyai titik leleh yang sangat tinggi
3. Sifat Fisis Logam
Sifat fisis
logam ditentukan oleh ikatan logam yang sangat kuat membentuk struktur kristal
yang rapat. Hal ini menyebabkan atom-atom tidak memiliki kebebasan bergerak
seperti halnya pada zat cair. (penegecualiannya
adalah Hg).
Tabel 3. Sifat
fisis beberapa logam
Logam
|
Fase pada suhu
ruang
|
Titik leleh
(oC)
|
Kerapatan
(Kg/m3)
|
Daya hantar
listrik
(MW-1cm-1)
|
Natrium (Na)
|
Padat
|
98
|
970
|
0,210
|
Magnesium (Mg)
|
Padat
|
649
|
1.740
|
0,260
|
Aluminium (Al)
|
Padat
|
660
|
2.702
|
0,377
|
Besi (Fe)
|
Padat
|
1.535
|
7.860
|
0,099
|
Tembaga (Cu)
|
Padat
|
1.083
|
8.920
|
0,596
|
Emas (Au)
|
Padat
|
1.063
|
19.420
|
0,420
|
§ Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa
§ Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
Hal ini
dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk
mengatasi ikatan logam tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
§ Menghantar listrik dengan baik
Di dalam ikatan
logam, terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa muatan listrik. Jika
diberi suatu beda tegangan, maka elektron-elektron ini akan bergerak dari kutub
negatif menuju kutub negatif
§ Menghantar panas dengan baik
Elektron-elektron
yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi kinetik. Jika
dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang cukup untuk
dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-elektron
tersebut akan bertumbukan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.
§ Mempunyai permukan yang mengkilap
Di dalam ikatan
logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada permukaan
logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya tersebut.
Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh
karena frekuensinya sama, maka kita melihatnya sebagai
pantulan cahaya yang datang. Pantulan cahaya tersebut membuat permukaan logam
tampak mengkilap.
§ Memberi efek fotolistrik dan efek termionik
Apabila elektron
bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari luar, maka elektron
tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat ditarik keluar oleh
suatu bda potensial positif. Jika energi yang diperoleh elektron bebas berasal
dari berkas cahaya, maka fenomena pelepasan elektron dari logam disebut efek fotolistrik. Sedangkan jika energi
tersebut bersal dari pemanasan, maka disebut efek termionik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar